PPC Iklan Blogger Indonesia

Kamis, 31 Juli 2014

Selamatkan Prabowo dan Gerindra




Gerindra, Gerakan Indonesia Raya, sejak kemunculan sekian tahun yang lalu, nyaris tampa kesalahan dan dosa sosial serta politik. Gerindra, bisa disebut sebagai salah satu Parpol, selain PDIP, mengkritisi pemerintah SBY dan koalisinya. Jika PDIP sedikit adem dan berjuang melalui ranah Parlemen, Gerindra juga melakukan hal yang sama, plus melalui orasi di luar Parlemen serta beberapa tindakan nyata. Paling tidak, sepanjang informasi dari media, Prabowo berhasil masuk di beberapa cela dan sela, ketika Negara nyaris tidak berbuat banyak.
 
Bisa dikatakan bahwa Gerindra adalah salah satu partai yang termasuk cepat di dalam pertumbuhannya. Dibandingkan dengan Golkar dan PDIP, Gerindra diyakini bisa menjadi nomor 1 di pilpres 5-10 tahun lagi. Dengan ikon penyatunya Prabowo Subianto, Gerindra menjadi partai tersolid hampir tanpa celah korupsi di kadernya.
 
Sepak terjang Prabowo dan Gerindra itulah yang membuat Megawati dan PDIP jatuh hati sehingga bersama-sama maju pada Pilpres 2009, dan kalah. Kalah karena dua hal, dicurangi dan kampanye Megawati hanyalah perempuan serta Putri Bung Karno. Kalah karena begitu masifnya kampanye, “Perempuan tak boleh menjadi pemimpin di negeri ini.”
 
Ketika itu, karena sikap Prabowo dan Gerindra, yang hampir sama dengan PDIP, sama-sama melawan kemapanan dan ketidakberesan pemerintah, menyatu diri; maju bersama menuju RI I dan II. Mereka gagal. PDIP tetap di luar pemerintah, Gerindra pun sama. Setelah itu ada Pilkada DKI. PDIP dan Gerindra pun menyatu lagi dalam rangka melawan ketidakberesan serta kemapanan, dan mereka menang.
 
Dua peristiwa politik tersebut, kalah dan menang, hampir-hampir tak ada suara negatif terhadap Gerindra dan Prabowo. Tak muncul nada serta suara bahwa ada Prabowo di balik marahnya rakyat pada 1998 dan alasan-alasan ia diberhentikan oleh TNI AD. Semuanya sunyi; elemen masyarakat yang tahu pun, hanya diam dan tak merasa penting untuk bersuara. 
 
Gerindra dan Prabowo, mulai mendapat sorotan negatif, setelah jelang Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden, terutama setelah ada PKS sebagai pendukung Prabowo-Hatta. Prabowo Subianto pernah berucap bawa, “Tadinya kami agak takut sama PKS, PKS digambarkan Partai Islam garis keras; setelah berdekatan loh kok orang-orang PKS tidak seseram yang digambarkan. Ternyata dalam diskusi yang saya lihat, kader PKS pinter-pinter, cerdas-cerdas, punya pemahanan soal kebangsaan,… .” Hebatnya PKS, membuat Prabowo jatuh cinta kepada mereka; PKS tampil tidak menakutkan, sehingga Prabowo merasa aman dan tenang bersama mereka.

Betulkah …. !?

[Bukan] Tiba-tiba, para pendukung dan relawan Jokowi (sebelum ada tambahan JK), diserbu oleh foto editan, image, komik, dan tulisan-tulisan/artikel yang mengandung penghinaan dan penistaan terhadap Jokowi. Penyerbuan itu terjadi setiap hari dan memenuhi laman-laman media sosial. Upaya pencarian sumber pun dilakukan; dan ternyata mudah didapat. Hampir semuanya berasal dari kader PKS, VOA-ISLAM cs, PKS Piyungan, dan web/situs/blog ikutannya, dan FB Fans Page mereka.
 
Para relawan Jokowi, menurut pengakuan mereka kepada penulis, dibuat sibuk dan lelah. Mereka harus mengorbankan banyak waktu (kerja dan kuliah) untuk mencari bukti-bukti dan arsip di DUMAY, dalam rangka menyusun serta memberikan jawaban terhadap serangan dari para pembenci Jokowi. Bahkan, ada yang tengah malam masih meminta data dan nasehat dari diriku. Para yunior dan anak-anak muda yang mengelola Fans Page pun, meminta agar diriku tetap terjaga, agar sewaktu-waktu bisa dihubungi. Semuanya demi menjawab fitnah, hujatan, penistaan terhadap Jokowi. Para hacker pun dikerahkan, serta yang pintar IT juga diminta untuk menelusuri IP mereka yang suka berkomentar caci-maki, hujatan, dan hinaan.
 
Orang-orang (terutama kalangan purnawirawan TNI) yang tadinya diam, tiba-tiba menjadi nara sumber utama untuk tentang masa lalu Prabowo; mereka pun dengan rela hati dan secara kronologi ungkapkan apa dan siapa Prabowo. Bahkan hasil pemeriksaan Dewan Kehormatan  Perwira yang memeriksa Prabowo, beredar dengan bebas di media sosial; SK pemecatan pun tersebar. Masa lalu Prabowo betul-betul dibuka serta terbuka. Semua orang, terutama anak-anak muda yang pada 1998 masih ABG dan Remaja, menjadi tahu yang sebenarnya. 
 
Sungguh, suatu pengalaman terlelah; ketika banyak orang saling berhubungan untuk meminta, menambah data demi membuat balasan terhadap ulah-ulah kotor yang tertuju kepada Jokowi. Lelah, namun menyenangkan, serta mencapai tingkat kepuasan yang tinggi. Ujung-ujungnya, ketika Si Penyerbu tak bisa membantah, mereka mengeluarkan jurus sakti yaitu “ …. kalian telah anti …. m; penghina agama ….; dasar Ya …; lu khan Kr …. makanya bela Jokowi; dasar antek Zi…. ;” dan lain sebagainya.

Dengan demikian, mereka terutama anak-anak PKS telah menjadikan Gerindra dan Prabowo bukan lagi teman serta sahabat rakyat, melainkan dijauhi bahkan sebagai musuh.
 
PKS harus punya kendaraan untuk melakukan operasi penghancuran. Dua partai sekaligus disasar menjadi sasaran penghancuran. PDIP dan Gerindra. Dengan isu-isu PKI yang difitnahkan kepada PDIP, publik dicitrakan bahwa kubu Prabowo-Hatta secara overall-lah yang melakukannya. Padahal akun-akun anonim serta website-website berafiliasi dgn PKS lah yang menjadi dalang penyebaran fitnah PKI kepada PDIP.
 
Akhirnya yang dikecam adalah Prabowo Subianto dan Gerindra. Akhirnya simpati kepada Prabowo menjadi berkurang. Di dalam tim koalisi pun PKS penuh ulah. Lihat saja komentar Fahri Hamzah kader PKS. Seandainya Fahri tidak berkicau “Sinting” kpd “Jokowi dan usulan hari santri”, Prabowo diyakini masih bisa meraih suara dari swing voters, terutama di daerah Jawa Timur. Berkat Fahri Hamzahlah, Prabowo akhirnya kena getah. 
 
Pasca pilpres, ulah PKS makin bertambah. Dengan rilis real count palsu yang diambil dari 5 Juli 2014, PKS mencoba menipu media dan massa. Yang tertipu bukanlah media dan publik, tapi kader dan grassroot PKS sendiri. Sekali lagi Prabowo kena getah hasil dusta operasi PKS ! PKS yang mempunyai cyber army memiliki tugas mencuci tangan hasil perbuatan kotor para majikannya.

Lagi-lagi PKS berbohong soal bukti kecurangan yg isinya 10 truk, ternyata setelah sampai di MK, bukti hanya 4 bundle. Lagi-lagi Prabowo dan Gerindra kena getah. Mahfud MD yang harusnya mempunyai kewenangan besar tim koalisi merah putih pun dikadalin berkali-kali oleh PKS. Tagihan Mahfud MD soal data-data bukti kecurangan KPU tidak bisa disediakan PKS, ujung-ujungnya Mahfud MD disingkirkan.

Kini, lihatlah, apa yang terjadi dengan Gerindra dan juga Prabowo (minus Hatta Rajasa dan PAN); setelah keputusan KPU, Hatta nyaris tak tak terlihat di samping Prabowo. Agaknya, ia lebih memilih “membiarkan semuanya berjalan apa adanya,” sehingga tenang, serta agak menjauh.
 
Banyak orang, termasuk para pendukung Jokowi-JK, yang tadinya hormat pada Prabowo, kini menjadi antipati terhadapnya. Pasalnya, para pendukung Prabowo, terutama anak-anak PKS, misalnya Jonru, tetap saja melakukan penistaan terhadap Jokowi (dan tidak pada JK). Mereka masih menyebarkan dan menebarkan benci serta kebencian terhadap Joko Widodo; dan di anggap sebagai suara resmi koalisi pendukung Prabowo-Hatta.

Bahkan, beberapa hari yang lalu, Mahfud MD, mantan Ketum Timses Prabowo-Hatta berujar bahwa “Prabowo dijerumuskan;” siapa yang menjerumuskan!? Siapa dia!? Jawabannya ada pada dirimu. Yang pasti, Si Penjerumus itu, telah membuat citra Prabowo (dam Gerindra) semakin kelabu. Untungnya, Hatta Rajasa (dan PAN) cepat membaca sikon politik dan tanggapan publik, sehingga mereka menjauh dari gegap gempita Prabowo, yang kini dalam penampilan di hadapan publik, selalu di temani ARB dan Anis Matta. 

Timbul tanya, hingga kapan tampilan Prabowo seperti itu;!? misalnya, melalui video kepada para pendukungnya, agar tetap siap sedia menerima komandonya. Padahal, dengan cara-cara seperti itu, malah semakin menjadikan dirinya dijauhkan oleh para pemilih dan tidak mendapat simpati publik. 

Menurutku, cuma ada satu jalan yang mampu membuat Prabowo kembali kokoh, kuat, tegar, terutama setelah keputusan MK (jika MK tidak mengabulkan permintaan Tim Prabowo-Hatta), yaitu lepaskan diri dari cengkraman, jeratan, dan ikatan orang-orang yang menjermuskannya. Hanya itu, yang bisa menjadikan Gerindra dan Prabowo menjadi kuat serta menyusun kekuatan untuk lima tahun ke depan.

Semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar