Gerindra, Gerakan Indonesia Raya,
sejak kemunculan sekian tahun yang lalu, nyaris tampa kesalahan dan dosa
sosial serta politik. Gerindra, bisa disebut sebagai salah satu Parpol,
selain PDIP, mengkritisi pemerintah SBY dan koalisinya. Jika PDIP
sedikit adem dan berjuang melalui ranah Parlemen, Gerindra juga
melakukan hal yang sama, plus melalui orasi di luar Parlemen serta
beberapa tindakan nyata. Paling tidak, sepanjang informasi dari media,
Prabowo berhasil masuk di beberapa cela dan sela, ketika Negara nyaris
tidak berbuat banyak.
Bisa dikatakan bahwa Gerindra
adalah salah satu partai yang termasuk cepat di dalam pertumbuhannya.
Dibandingkan dengan Golkar dan PDIP, Gerindra diyakini bisa menjadi
nomor 1 di pilpres 5-10 tahun lagi. Dengan ikon penyatunya Prabowo
Subianto, Gerindra menjadi partai tersolid hampir tanpa celah korupsi di
kadernya.
Sepak terjang Prabowo dan Gerindra
itulah yang membuat Megawati dan PDIP jatuh hati sehingga bersama-sama
maju pada Pilpres 2009, dan kalah. Kalah karena dua hal, dicurangi dan
kampanye Megawati hanyalah perempuan serta Putri Bung Karno. Kalah karena begitu masifnya kampanye, “Perempuan tak boleh menjadi pemimpin di negeri ini.”
Ketika itu, karena sikap Prabowo
dan Gerindra, yang hampir sama dengan PDIP, sama-sama melawan kemapanan
dan ketidakberesan pemerintah, menyatu diri; maju bersama menuju RI I
dan II. Mereka gagal. PDIP tetap di luar pemerintah, Gerindra pun sama.
Setelah itu ada Pilkada DKI. PDIP dan Gerindra pun menyatu lagi dalam
rangka melawan ketidakberesan serta kemapanan, dan mereka menang.
Dua peristiwa politik tersebut,
kalah dan menang, hampir-hampir tak ada suara negatif terhadap Gerindra
dan Prabowo. Tak muncul nada serta suara bahwa ada Prabowo di balik
marahnya rakyat pada 1998 dan alasan-alasan ia diberhentikan oleh TNI
AD. Semuanya sunyi; elemen masyarakat yang tahu pun, hanya diam dan tak
merasa penting untuk bersuara.
Gerindra dan Prabowo, mulai
mendapat sorotan negatif, setelah jelang Pemilihan Anggota Legislatif
dan Pemilihan Presiden, terutama setelah ada PKS sebagai pendukung
Prabowo-Hatta. Prabowo Subianto pernah berucap bawa, “Tadinya kami agak
takut sama PKS, PKS digambarkan Partai Islam garis keras; setelah
berdekatan loh kok orang-orang PKS tidak seseram yang digambarkan.
Ternyata dalam diskusi yang saya lihat, kader PKS pinter-pinter,
cerdas-cerdas, punya pemahanan soal kebangsaan,… .” Hebatnya PKS,
membuat Prabowo jatuh cinta kepada mereka; PKS tampil tidak menakutkan,
sehingga Prabowo merasa aman dan tenang bersama mereka.
Betulkah …. !?
[Bukan] Tiba-tiba, para pendukung
dan relawan Jokowi (sebelum ada tambahan JK), diserbu oleh foto editan,
image, komik, dan tulisan-tulisan/artikel yang mengandung penghinaan dan
penistaan terhadap Jokowi. Penyerbuan itu terjadi setiap hari dan
memenuhi laman-laman media sosial. Upaya pencarian sumber pun dilakukan;
dan ternyata mudah didapat. Hampir semuanya berasal dari kader PKS,
VOA-ISLAM cs, PKS Piyungan, dan web/situs/blog ikutannya, dan FB Fans
Page mereka.
Para relawan Jokowi, menurut
pengakuan mereka kepada penulis, dibuat sibuk dan lelah. Mereka harus
mengorbankan banyak waktu (kerja dan kuliah) untuk mencari bukti-bukti
dan arsip di DUMAY, dalam rangka menyusun serta memberikan jawaban
terhadap serangan dari para pembenci Jokowi. Bahkan, ada yang tengah
malam masih meminta data dan nasehat dari diriku. Para
yunior dan anak-anak muda yang mengelola Fans Page pun, meminta agar
diriku tetap terjaga, agar sewaktu-waktu bisa dihubungi. Semuanya demi
menjawab fitnah, hujatan, penistaan terhadap Jokowi. Para hacker pun
dikerahkan, serta yang pintar IT juga diminta untuk menelusuri IP mereka
yang suka berkomentar caci-maki, hujatan, dan hinaan.
Orang-orang (terutama kalangan
purnawirawan TNI) yang tadinya diam, tiba-tiba menjadi nara sumber utama
untuk tentang masa lalu Prabowo; mereka pun dengan rela hati dan secara
kronologi ungkapkan apa dan siapa Prabowo. Bahkan hasil pemeriksaan
Dewan Kehormatan Perwira yang memeriksa Prabowo, beredar dengan bebas
di media sosial; SK pemecatan pun tersebar. Masa lalu Prabowo
betul-betul dibuka serta terbuka. Semua orang, terutama anak-anak muda
yang pada 1998 masih ABG dan Remaja, menjadi tahu yang sebenarnya.
Sungguh,
suatu pengalaman terlelah; ketika banyak orang saling berhubungan untuk
meminta, menambah data demi membuat balasan terhadap ulah-ulah kotor
yang tertuju kepada Jokowi. Lelah, namun menyenangkan, serta mencapai
tingkat kepuasan yang tinggi. Ujung-ujungnya, ketika Si Penyerbu tak
bisa membantah, mereka mengeluarkan jurus sakti yaitu “ …. kalian telah
anti …. m; penghina agama ….; dasar Ya …; lu khan Kr …. makanya bela
Jokowi; dasar antek Zi…. ;” dan lain sebagainya.
Dengan demikian, mereka terutama
anak-anak PKS telah menjadikan Gerindra dan Prabowo bukan lagi teman
serta sahabat rakyat, melainkan dijauhi bahkan sebagai musuh.
Laman politikanal.blogspot.com, menulis
PKS
harus punya kendaraan untuk melakukan operasi penghancuran. Dua partai
sekaligus disasar menjadi sasaran penghancuran. PDIP dan Gerindra.
Dengan isu-isu PKI yang difitnahkan kepada PDIP, publik dicitrakan bahwa
kubu Prabowo-Hatta secara overall-lah yang melakukannya. Padahal
akun-akun anonim serta website-website berafiliasi dgn PKS lah yang
menjadi dalang penyebaran fitnah PKI kepada PDIP.
Akhirnya
yang dikecam adalah Prabowo Subianto dan Gerindra. Akhirnya simpati
kepada Prabowo menjadi berkurang. Di dalam tim koalisi pun PKS penuh
ulah. Lihat saja komentar Fahri Hamzah kader PKS. Seandainya Fahri tidak
berkicau “Sinting” kpd “Jokowi dan usulan hari santri”, Prabowo
diyakini masih bisa meraih suara dari swing voters, terutama di daerah
Jawa Timur. Berkat Fahri Hamzahlah, Prabowo akhirnya kena getah.
Pasca pilpres, ulah PKS makin bertambah. Dengan rilis real count palsu yang diambil dari 5 Juli 2014, PKS mencoba menipu media dan massa. Yang tertipu bukanlah media dan publik, tapi kader dan grassroot PKS sendiri. Sekali lagi Prabowo kena getah hasil dusta operasi PKS ! PKS yang mempunyai cyber army memiliki tugas mencuci tangan hasil perbuatan kotor para majikannya.
Lagi-lagi PKS berbohong soal bukti
kecurangan yg isinya 10 truk, ternyata setelah sampai di MK, bukti hanya
4 bundle. Lagi-lagi Prabowo dan Gerindra kena getah. Mahfud MD yang
harusnya mempunyai kewenangan besar tim koalisi merah putih pun
dikadalin berkali-kali oleh PKS. Tagihan Mahfud MD soal data-data bukti
kecurangan KPU tidak bisa disediakan PKS, ujung-ujungnya Mahfud MD
disingkirkan.
Kini, lihatlah, apa yang terjadi
dengan Gerindra dan juga Prabowo (minus Hatta Rajasa dan PAN); setelah
keputusan KPU, Hatta nyaris tak tak terlihat di samping Prabowo.
Agaknya, ia lebih memilih “membiarkan semuanya berjalan apa adanya,”
sehingga tenang, serta agak menjauh.
Banyak orang, termasuk para
pendukung Jokowi-JK, yang tadinya hormat pada Prabowo, kini menjadi
antipati terhadapnya. Pasalnya, para pendukung Prabowo, terutama
anak-anak PKS, misalnya Jonru, tetap saja melakukan penistaan terhadap
Jokowi (dan tidak pada JK). Mereka masih menyebarkan dan menebarkan
benci serta kebencian terhadap Joko Widodo; dan di anggap sebagai suara resmi koalisi pendukung Prabowo-Hatta.
Bahkan,
beberapa hari yang lalu, Mahfud MD, mantan Ketum Timses Prabowo-Hatta
berujar bahwa “Prabowo dijerumuskan;” siapa yang menjerumuskan!? Siapa
dia!? Jawabannya ada pada dirimu. Yang pasti, Si Penjerumus itu, telah
membuat citra Prabowo (dam Gerindra) semakin kelabu. Untungnya, Hatta
Rajasa (dan PAN) cepat membaca sikon politik dan tanggapan publik,
sehingga mereka menjauh dari gegap gempita Prabowo, yang kini dalam
penampilan di hadapan publik, selalu di temani ARB dan Anis Matta.
Timbul
tanya, hingga kapan tampilan Prabowo seperti itu;!? misalnya, melalui
video kepada para pendukungnya, agar tetap siap sedia menerima
komandonya. Padahal, dengan cara-cara seperti itu, malah semakin
menjadikan dirinya dijauhkan oleh para pemilih dan tidak mendapat
simpati publik.
Menurutku,
cuma ada satu jalan yang mampu membuat Prabowo kembali kokoh, kuat,
tegar, terutama setelah keputusan MK (jika MK tidak mengabulkan
permintaan Tim Prabowo-Hatta), yaitu lepaskan diri dari cengkraman,
jeratan, dan ikatan orang-orang yang menjermuskannya. Hanya itu, yang
bisa menjadikan Gerindra dan Prabowo menjadi kuat serta menyusun
kekuatan untuk lima tahun ke depan.
Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar