Uang itu enak, itulah prinsip wahabi; dana mengalir deras dari asing untuk kaum bar bar anarkhis primitif
Sejak
wahabi ada maka teroris merajalela; Ustad Ustad wahabi kaya raya
dengan rekening gendut,namun jama’ah nya disuruh jualan madu gaya si
mbok
Wahabi duhai wahabi mengapa engkau sering kawin kontrak ke Puncak memangsa oknum perawan perawan Indonesia
Wahabi duhai wahabi, syi’ah kau sesatkan namun kami sudah mencapai penganut 2.500.000 jiwa di Indonesia
Wahabi duhai wahabi kau cetak buku, bulletin, selebaran anti syi’ah demi TUAN CiA mu
Wahabi duhai wahabi kau sesatkan NU dengan tuduhan ahlul bid’ah
Wahabi
duhai wahabi kau sesatkan syi’ah agar dirimu diterima menjadi bagian
dari aswaja sunni (batu loncatan) berhentilah wahabi teroris,
berhentilah kaum bar bar anarkhis primitif
===
KH
Said Aqil Siroj:Saudi Sediakan Dana Tak Terbatas untuk wahabi
Indonesia dan Wahabi Malaysia, adalh musuh yang bermodalkan uang
badui. Sekarang, apa yang dilakukan tokoh tokoh wahabi indonesia dan
wahabi malaysia itu tentu akan menjadi sesuatu yang menggelikan banyak
pihak. Aliran dana dari nagara-negara Timur Tengah sebagai aliran dana
untuk radikalisme hanya mengalir untuk PARA USTAD WAHABi, murid
muridnya hanya disuruh jualan madu dan madu doang. Faktor aliran dana
dari Arab Saudi dan sebagian negara Arab lainnya yang mentransfer dana
untuk perjuangan gerakan Wahabi ekstrem itu turut menyuburkan
penyebaran aliran ini, dana Timteng dikecam dan dianggap dana ‘teroris’
Paham
Wahabi cepat berkembang di Indonesia, menurut dia, karena mereka punya
dana tak terbatas. Anda bayangkan, siapa yang tidak mau kalau ada
donatuor dari Arab Saudi yang mau menyumbang pembangunan masjid di
Indonesia, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Pasti semua mau,
apalagi diembel-embeli dakwah. Kita tidak anti-Arab, tapi masyarakat
kita terlalu mengagung-agungkan Arab. Apapun yang datangnya dari Arab
dianggap mulia dan benar. Itulah kesalahan kita sendiri yang tidak
selektif.
Di Indonesia tak hanya tanahnya yang subur,
berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk ideologi Wahabi. Apalagi
gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir rapi. Dana mereka
juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir sangat
pesat dari Timur Tengah (Saudi). Mereka bekerjasama dengan percetakan,
media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan
tumbuh berkembang di sini.
Keluarga besar NU untuk
mewaspadai aliran Wahabi yang mengajarkan kekerasan dengan menggunakan
Islam. Pasalnya, di Indonesia ada Yayasan yang beraliran Wahabi dengan
didanai dari Arab Saudi. Waspadai aliran Wahabi, sudah ada yayasan yang
siap mengajarkan aliran islam keras dan tidak cocok dengan Islam
Indonesia.
Mereka berusaha mengubah wajah Islam Indonesia
yang santun dan toleran agar seperti wajah mereka yang sombong, garang,
kejam, penuh kebencian, dan merasa berhak untuk menguasai. Kekerasan
ini bisa kita lihat dalam beberapa aspek seperti, kekerasan doktrinal,
tradisi, budaya dan sosiologis. Ancaman terhadap Indonesia, khususnya
Islam sunnah waljama’ah, tidak datang dalam bentuk militer,
namun dalam bentuk gerakan ideologi garis keras. Pertodollar wahabi
yang sangat besar jumlahnya masuk ke Indonesia, dilakukan dengan cara
menjual agama, mengabdi pada tujuan wahabi yang sebenarnya; memaksakan
ideologi, mendirikan negara khilafah dan menguasai pemerintah.
Dalam
berbagai kesempatan, Ketua umum PBNU KH Said Aqil Siradj nyaring
membunyikan ajakan untuk mewaspadai aliran Wahabi yang makin merebak di
Indonesia. Tanpa segan, Said Aqil langsung menuding bahwa aliran
tersebutlah yang mengajarkan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam.
Bahkan, ada 12 yayasan beraliran Wahabi yang menurutnya mendapatkan
pendanaan dari Arab Saudi, negara tempat Said mengenyam pendidikan dari
tingkat Sarjana hingga Doktor. Kampanye Said Aqil tak hanya dilakukan
di Jakarta, tapi hingga ke pelosok desa. Di Pesantren Miftahul Ulum,
Desa Bayuputih Kidul, Kecamatan Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, Said
Aqil terus mengajak warga Nahdhiyin untuk mewaspadai aliran Wahabi.
Alumni Universitas Ummul Qura’ itu mengungkapkan, aliran kekerasan
berpaham Wahabi dari 12 yayasan itu muncul di berbagai propinsi seperti
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera dan Sulawesi.
==
==
Wahabi Bagaikan Monyet Yang Sayang Kucing.
Sepintas
terlihat, saya rasa tidak ada keraguan untuk mengatakan bahwa bahwa
monyet inibenar-benar menyayangi kucing itu. Tapi, jika diperhatikan
lagi, kucing itu kelihatannya tidak bahagia dengan tatapan kosong
dalam ketidakberdayaan. Apakah Monyet Ini Sayangtidak bahagia dengan
tatapan kosong dalam ketidakberdayaan. Apakah Monyet Ini Sayangtidak
bahagia dengan tatapan kosong dalam ketidakberdayaan. Apakah Monyet
Ini Sayang
Kucing? Atau… Menganiaya Kucing?
Monyet:
Aku akan menyayangimu lebih dari apa yang aku miliki. Sayangku padamu
setinggi pucuk kepala, sekasar biji kedondong, sekeras biji salak,
semanis pisang ambon, dan sedalam tempurung kelapa.
Kucing:”????”
Kucing: “Lepasin dong, pengen narsis nih…!”
Monyet: “Di sini aja, two is better than one”
Kucing: “Please, lepas aku… biarkan aku pergi… oh… belakangku…”
Monyet (kiri): “Aduh, kurang pas tuh, ada yang miring…”
Kucing: “Kau sungguh-sungguh menyayangiku? Kau tidak akan menyakiti, menganiaya, dan memutilasiku, kan?”
Monyet: “Tergantung”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar