PPC Iklan Blogger Indonesia

Rabu, 27 Agustus 2014

PBU NU: USIR ALIRAN WAHABI

 
Uang itu enak, itulah prinsip wahabi; dana mengalir deras dari asing untuk kaum bar bar anarkhis primitif

Sejak wahabi ada maka teroris merajalela;  Ustad Ustad wahabi kaya raya dengan rekening gendut,namun jama’ah nya disuruh jualan madu gaya si mbok

Wahabi duhai wahabi mengapa engkau sering kawin kontrak ke Puncak memangsa oknum perawan perawan Indonesia

Wahabi duhai wahabi, syi’ah kau sesatkan namun kami sudah mencapai penganut 2.500.000 jiwa di Indonesia

Wahabi duhai wahabi kau cetak buku, bulletin, selebaran anti syi’ah demi TUAN CiA mu

Wahabi duhai wahabi kau sesatkan NU dengan tuduhan ahlul bid’ah

Wahabi duhai wahabi kau sesatkan syi’ah agar dirimu diterima menjadi bagian dari aswaja sunni (batu loncatan) berhentilah wahabi teroris, berhentilah kaum bar bar anarkhis primitif

===


KH Said Aqil Siroj:Saudi Sediakan Dana Tak Terbatas untuk wahabi Indonesia dan Wahabi Malaysia, adalh musuh yang bermodalkan uang badui.  Sekarang, apa yang dilakukan tokoh tokoh wahabi indonesia dan wahabi malaysia itu tentu akan menjadi sesuatu yang menggelikan banyak pihak. Aliran dana dari nagara-negara Timur Tengah  sebagai aliran dana untuk radikalisme hanya mengalir untuk PARA USTAD WAHABi, murid muridnya hanya disuruh jualan madu dan madu doang. Faktor aliran dana dari Arab Saudi dan sebagian negara Arab lainnya yang mentransfer dana untuk perjuangan gerakan Wahabi ekstrem itu turut menyuburkan penyebaran aliran ini, dana Timteng dikecam dan dianggap dana ‘teroris’

Paham Wahabi cepat berkembang di Indonesia, menurut dia, karena mereka punya dana tak terbatas. Anda bayangkan, siapa yang tidak mau kalau ada donatuor dari Arab Saudi yang mau menyumbang pembangunan masjid di Indonesia, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Pasti semua mau, apalagi diembel-embeli dakwah. Kita tidak anti-Arab, tapi masyarakat kita terlalu mengagung-agungkan Arab. Apapun yang datangnya dari Arab dianggap mulia dan benar. Itulah kesalahan kita sendiri yang tidak selektif.

Di Indonesia tak hanya tanahnya yang subur, berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk ideologi Wahabi. Apalagi gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir sangat pesat dari Timur Tengah (Saudi). Mereka bekerjasama dengan percetakan, media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan tumbuh berkembang di sini.

Keluarga besar NU untuk mewaspadai aliran Wahabi yang mengajarkan kekerasan dengan menggunakan Islam. Pasalnya, di Indonesia ada Yayasan yang beraliran Wahabi dengan didanai dari Arab Saudi. Waspadai aliran Wahabi, sudah ada yayasan yang siap mengajarkan aliran islam keras dan tidak cocok dengan Islam Indonesia.

Mereka berusaha mengubah wajah Islam Indonesia yang santun dan toleran agar seperti wajah mereka yang sombong, garang, kejam, penuh kebencian, dan merasa berhak untuk menguasai. Kekerasan ini bisa kita lihat dalam beberapa aspek seperti, kekerasan doktrinal, tradisi, budaya dan sosiologis. Ancaman terhadap Indonesia, khususnya Islam sunnah waljama’ah, tidak datang dalam bentuk militer, namun dalam bentuk gerakan ideologi garis keras. Pertodollar wahabi yang sangat besar jumlahnya masuk ke Indonesia, dilakukan dengan cara menjual agama, mengabdi pada tujuan wahabi yang sebenarnya; memaksakan ideologi, mendirikan negara khilafah dan menguasai pemerintah.

Dalam berbagai kesempatan, Ketua umum PBNU KH Said Aqil Siradj nyaring membunyikan ajakan untuk mewaspadai aliran Wahabi yang makin merebak di Indonesia. Tanpa segan, Said Aqil langsung menuding bahwa aliran tersebutlah yang mengajarkan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. Bahkan, ada 12 yayasan beraliran Wahabi yang menurutnya mendapatkan pendanaan dari Arab Saudi, negara tempat Said mengenyam pendidikan dari tingkat Sarjana hingga Doktor. Kampanye Said Aqil tak hanya dilakukan di Jakarta, tapi hingga ke pelosok desa. Di Pesantren Miftahul Ulum, Desa Bayuputih Kidul, Kecamatan Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, Said Aqil terus mengajak warga Nahdhiyin untuk mewaspadai aliran Wahabi. Alumni Universitas Ummul Qura’ itu mengungkapkan, aliran kekerasan berpaham Wahabi dari 12 yayasan itu muncul di berbagai propinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera dan Sulawesi.

==
==




Wahabi Bagaikan Monyet Yang Sayang Kucing.
 Sepintas terlihat, saya rasa tidak ada keraguan untuk mengatakan bahwa bahwa monyet inibenar-benar menyayangi kucing itu. Tapi, jika diperhatikan lagi, kucing itu kelihatannya tidak bahagia dengan tatapan kosong dalam ketidakberdayaan. Apakah Monyet Ini Sayangtidak bahagia dengan tatapan kosong dalam ketidakberdayaan. Apakah Monyet Ini Sayangtidak bahagia dengan tatapan kosong dalam ketidakberdayaan. Apakah Monyet Ini Sayang
Kucing? Atau… Menganiaya Kucing? 
Monyet: Aku akan menyayangimu lebih dari apa yang aku miliki. Sayangku padamu setinggi pucuk kepala, sekasar biji kedondong, sekeras biji salak, semanis pisang ambon, dan sedalam tempurung kelapa.
Kucing:”????”
Kucing: “Lepasin dong, pengen narsis nih…!”
Monyet: “Di sini aja, two is better than one”
Kucing: “Please, lepas aku… biarkan aku pergi… oh… belakangku…”
Monyet (kiri): “Aduh, kurang pas tuh, ada yang miring…”
Kucing: “Kau sungguh-sungguh menyayangiku? Kau tidak akan menyakiti, menganiaya, dan memutilasiku, kan?”
Monyet: “Tergantung”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar